-->

Puisi "Camar Senja" _ 186

Surabaya, 01 Okt 2014


Kupinjam_ satu catatan lama dalam senyum renyahmu
Begitu tipis_ menutup tabir gejolak Resah_ saat tuturpun mulai pada malam itu
Dibalik_ikal Rambut panjang yang  ter tutupi
kukenal dirimu_ saat senja sedang merinai

Waktu itu _dibawah Tenda Merah_ kita bersama memecah sunyi
Ditengah_ taburan asap cerutu_ secangkir kopi pun mulai menemani
Mendengar_ dan memilah tuturmu bak Pujangga yang sedang dirundung  Gelisah
Lalu_ kuingat pula_ sentuhan demi sentuhan kata ber sulang tadah

Lewat Gemercik Suara melipat_ menggenang se irama Kalbu yang sedang Goyah
Dan_ saat itu pun Rasamu mulai bertelaga dalam Gerah
Entah_ entah sedemikian adanya rupa Pesonamu_ yang masih melekat dimata ini
Atau_ memang Mimpiku_ terlalu meremas hingga kusam tak berbentuk lagi

Bening di matamu masih ku ingat_ penanda panggilan suara Hati
Entah_ apa lagi_ yang hendak kau tukar lewat suaramu nan Merdu ?
Seperti dibalik kisah_ pada secangkir kopiku  malam  ini
Ku_ku  mengenang kembali_ Camar camar senja yang sedang mematuk Rindu

Dan_ Sadarku pun mulai meramu_
Menenteramkan tanya_ yang selalu bergelut pilu
Men tertawakan kebodohan kebodohanku_ dalam gerusan Waktu
Memenggal Eja demi eja nama_ dalam kenangan bingkaimu

Mungkin_ mungkin perlu pula kusadari
Awal kita adalah proses pembelajaran darimu
Memilah_ helai demi helai Aksara hangat bincang santai dalam selimut diri
Ataukah ..._  kegilaan yang tak terhentikan begitu saja olehku

Kini ... kini
Senja itu pun telah pergi memikat malam
Memenuhi_ panggilan Gemintang menembus Rembulan diam
Memijar cahaya cahaya yang sempat tertinggal dipelupuk Hati ini

Selamat_ jalan Wahai kenangan
Maafkan maafkan persinggahan kita adalah cerita Usang yang melamun
Berharap saat terjaga nanti_ kita telah pergi - kita telah pergi ber ada dalam waktu yang tak sama
Ter sekat oleh kendali temali dalam bingkai Bahagia

Terimalah_ sejuta gelimang Kata
Bahwa_masih ku kenang dirimu walau tubuhku tak mampu menjadi bayangan Nyata
Ber haraplah Reingkarnasi Jiwa terpanggil oleh Nya
Agar _kita dapati Bathin menyatu dalam waktu yang sama

Aku ...
kekasih dalam setiap waktumu

Sulistyo
LihatTutupKomentar